Radio Katolikana resmi menyapa pendengar milenial secara live streaming di laman radio.katolikana.com.
Dibuka dengan siaran non stop selama 56 jam oleh 28 penyiar muda dari sejumlah kota di Indonesia, mulai Jumat (25/9/2020) pukul 16.00 hingga Minggu (27/9/2020) pukul 24.00.
Sebagai radio berbasis agama, Radio Katolikana mendekatkan isu-isu sosial agama dengan cara santai, kreatif, dan unik.
Para penyiar dan pengelola Radio Katolikana menyadari orang muda punya cara pandang lebih terbuka dalam melihat agama. Maka, konten siaran, meskipun tentang agama dibawakan tak kaku dan fresh.
“Dalam beberapa kasus, siar agama dipakai untuk membawa pesan-pesan universal. Namun, tak sedikit yang membawa pesan-pesan intoleransi, hate speech, bahkan memicu konflik dan kekerasan berbalut agama,” kata Dhyana Chitta Samatha, Direktur Eksekutif Radio Katolikana.
Menurut Dhyana dalam satu dekade ini, siar agama telah merebut ruang-ruang informasi melalui pintu-pintu kanal media baru. Siar agama di media baru telah menyebarkan pengaruh terhadap para penganut keyakinan agama.
“Dulu, informasi diproduksi oleh media massa lewat kerja jurnalistik. Kini, sejak media baru berkembang melalui channel-channel di sosial media, siapa pun yang terampil dan mampu memproduksi konten bisa ambil bagian sebagai pembawa pesan (messenger),” ujar Dhyana.
Live Talkshow
Selain siaran live streaming non stop selama 56 jam, dalam rangka Grand Launching Radio Katolikana, juga digelar Live Talkshow yang membahas fenomena media baru dalam siaran agama di era 4.0. Live talkshow bertajuk “Siar Agama di Era Digital”, disiarkan live streaming di kanal Youtube Katolikana, Sabtu (26/9/2020), pukul 19.30-21.30 WIB.
Narasumber dalam live talkshow tersebut adalah Errol Jonathans (CEO Suara Suarabaya), Maria Hartiningsih (Penulis, jurnalis Kompas 1984-2015), Devi Asmarani (Pemimpin Redaksi Magdalene.co), dan RD Steven Lalu (Sekretaris Eksekutif Komisi Komsos KWI).
Live talkshow ini membahas tentang media baru yang mempromosikan gerakan inklusi, pluralisme, sekaligus kritis terhadap persoalan sosial keagamaan di Tanah Air.
Bagaimana media baru berbasis komunitas agama, mampu menembus sekat-sekat perbedaan? Bagaimana media baru bisa berumur panjang dan menjadi bagian hidup generasi milenial?
Selain itu ada live talkshow “Mencintai Puisi bersama Joko Pinurbo”. Joko Pinurbo adalah penyair Katolik yang sering melakukan interpretasi nilai-nilai Kristiani dalam puisi-puisinya.
Di luar itu, masih banyak program-program menarik yang dihadirkan oleh 26 penyiar Radio Katolikana yang berasal dari berbagai kota dan penjuru Indonesia. Radio Katolikana juga membuka diri untuk kolaborasi dengan berbagai komunitas yang ada di Indonesia atau pun di negara lain.
“Buat para sahabat dan pendengar setia Radio Katolikana, mohon doa dan dukungan agar Radio Katolikana bisa menjadi sahabat Anda dalam menjalani perziarahan kita,” tutur Dhyana.
Sambutan Tokoh
Sejumlah tokoh menaruh harapan pada grand Launching Radio Katolikana. Maman Suherman, penulis dan pegiat literasi berharap ada acara-acara yang memberi ruang-ruang diskusi tentang keberagaman, ruang-ruang diskusi antariman, agar radio ini bisa dinikmati oleh beragam orang di Indonesia, memperlihatkan kebhinekaan kita, dan memberikan ruang-ruang dialog yang baik, yang kondusif, yang membuat kita bisa mengenal satu sama lain.
Sementara itu, Ronald Surapradja, aktor dan penyiar berharap semoga kehadiran Radio Katolikana bisa memberikan nuansa baru dalam dunia radio di Indonesia, dan bisa mewartakan kabar gembira setiap hari yang bisa membahagiakan.
“Semoga Radio Katolikana dapat membawakan siaran-siaran yang seperti kata Mgr. Soegija: 100% Katolik, 100% Indonesia. Kiranya makin banyak kisah-kisah perwujudan iman yang bisa kita dengarkan,” ujar Pemimpin Redaksi Majalah BASIS Romo G.P. Sindunata SJ.***